Pertama kali dengar kata Jepang, saya teringat ketika dulu waktu SMA, saya pernah berjuang untuk bisa merasakan pengalaman student exchange dan beasiswa kuliah di Jepang. Waktu itu sebenarnya saya bisa memilih banyak negara, tapi saya memantapkan niat untuk memilih Jepang sebagai negara tujuan. Selain itu, inspirasi ke Jepang juga datang dari Guru Bahasa Inggris saya, Pak Eko Adri, yang pernah mendapatkan beasiswa kuliah di Jepang, anak sulungnya yang juga kakak kelas saya juga berhasil dapetin kesempatan student exchange ke Jepang selama beberapa minggu. Tapi apa daya, saya cuman bisa lolos sampai tahap wawancara di Malang. Alhasil mimpi saya bisa nyebrang ke Jepang kandas. Tak berhenti di situ, mendekati kelulusan saya coba lagi mendaftar Beasiswa Monbugakuso dari Pemerintah Jepang, tapi seleksi administrasi pun saya sudah gagal. Mungkin karena saya ketinggian kali ya ambil jurusannya, kalau gak salah inget sih ambil jurusan undergraduate di bidang pertambangan, wk. Akhirnya semenja
Ketika kita mengunjungi Kota Jogja, maka makanan satu ini sudah pasti tidak boleh terlewatkan dari daftar kuliner. Gudeg sudah menjadi ikon utama kuliner dari tanah mataram ini, makanan yang terbuat dari olahan nangka ini banyak dijajakan mulai dari kedai-kedai ternama sampai di pinggir-pinggir jalan kota. Kebanyakan Gudeg dijadikan menu sarapan oleh masyarakat Jogja, tapi jangan salah, ketika matahari mulai terbenam justru banyak kedai Gudeg yang baru menggelar lapak jualannya, salah satunya Gudeg Pawon. Gudeg Pawon baru buka malah hari sekitar pukul 21.00, dan hebatnya antriannya sudah mulai mengular sejam sebelum kedai ini buka. Jadi saya menyarankan ketika hendak mengunjungi tempat makan ini kiranya anda datang lebih awal sebelum jam buka menghindari antrian terlalu panjang dan menghindari kekecewaan jika ada menu yang sudah habis. Antrian Gudeg Pawon Jogja Masyarakat menjulukinya Gudeg Pawon karena gudeg ini dijual langsung oleh pemiliknya di pawon (bahasa jawa dari