Pertama kali dengar kata Jepang, saya teringat ketika dulu waktu SMA, saya pernah berjuang untuk bisa merasakan pengalaman student exchange dan beasiswa kuliah di Jepang. Waktu itu sebenarnya saya bisa memilih banyak negara, tapi saya memantapkan niat untuk memilih Jepang sebagai negara tujuan. Selain itu, inspirasi ke Jepang juga datang dari Guru Bahasa Inggris saya, Pak Eko Adri, yang pernah mendapatkan beasiswa kuliah di Jepang, anak sulungnya yang juga kakak kelas saya juga berhasil dapetin kesempatan student exchange ke Jepang selama beberapa minggu. Tapi apa daya, saya cuman bisa lolos sampai tahap wawancara di Malang. Alhasil mimpi saya bisa nyebrang ke Jepang kandas. Tak berhenti di situ, mendekati kelulusan saya coba lagi mendaftar Beasiswa Monbugakuso dari Pemerintah Jepang, tapi seleksi administrasi pun saya sudah gagal. Mungkin karena saya ketinggian kali ya ambil jurusannya, kalau gak salah inget sih ambil jurusan undergraduate di bidang pertambangan, wk. Akhirnya semenjak itu, saya mencoba melupakan semua hal tentang Jepang.
Setelah sekian lama melupakan segala hal tentang Jepang, akhirnya setelah berselang 6 tahun semenjak berbagai upaya saya dulu buat ke Jepang gagal, saya mulai kepikiran buat traveling ke Jepang. Saya udah jadiin Jepang bucket list sih, tapi belum kepikiran dalam waktu itu juga karena biayanya yang mahal. Beberapa saat kemudian ada tiket promo dari Airasia PP Jakarta-Narita cuman 2,5 juta. Temen-temen saya udah banyak tuh yang ngajakin, tapi karena mereka perginya musim panas, jadi kurang pas dengan keinginan saya, akhirnya saya menolak ajakan temen-temen. Lalu saya coba mencari musim yang cocok, yakni musim gugur, tapi temen-temen saya gak ada yang mau berangkat, masih pada ragu. Kemudian ada lagi, promo gledeknya tiket.com, dapet maskapai full service cuman 3,5 juta. Saya juga lewatin aja karena udah gak dapet mood dan uangnya wk.
Selang beberapa bulan kemudian, ada banyak kejadian yang menguras pemikiran dan psikis saya, dan kebetulan ada tiket promo di Traveloka, PP dapet harga 4,5 juta. Waktu itu ada dua pilihan maskapai yakni Philippine Airlines dan Japan Airlines. Setelah melakukan perhitungan dan perenungan saya memutuskan ambil Japan Airlines dengan durasi perjalanan satu minggu di bulan Januari di Jepang. Dan saya memutuskan pergi sendiri alias solo traveling. Saya sengaja memilih pergi di musim dingin, supaya bisa dapetin pengalaman baru meski dengan kondisi kulit saya pernah punya riwayat alergi terhadap dingin.
Akhirnya, saya bisa menjejakkan kaki di Jepang.
Jepang menjadi negara terlama dan terjauh yang pernah saya kunjungi seorang diri. Mengunjungi Jepang di musim dingin, juga bukan perkara mudah, lebih-lebih bagi orang yang hidup di negara tropis seperti saya, pastinya banyak sekali persiapan yang harus dipersiapkan matang-matang sebelum berangkat, supaya di sana nanti bisa survive dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Di sini saya akan bercerita tentang persiapan saya solo traveling ke Jepang di musim dingin.
1. Berburu Tiket Promo
Langkah pertama untuk memulai perjalanan sudah pasti berburu tiket. Bagi orang seperti saya, yang budgetnya lumayan pas-pas an, tiket promo, mau gak mau jadi pilihan terakhir kalau tiket ke tempat tujuan dengan harga normal diluar budget. Kebetulan di 2018 kemarin, banyak sekali agenda promo dari Airasia, Tiket.com dan Traveloka dengan tujuan Jepang. Alhasil saya mendapatkan tiket PP Full Services Airlines by Japan Airlines dengan harga 4,5 Juta PP dengan harga normal 7-8 Juta. Masih banyak promo lainnya waktu itu, namun belum kekumpul niatnya, akhirnya baru pas ada promo di Traveloka saya memutuskan untuk menebus tiketnya. Untuk dapetin info tiket promo, kita bisa bergabung di komunitas backpacker, saya gabung komunitas Backpacker International di Facebook, dan isinya memang gercep banget share info tiket murah.
2. Mengajukan Visa
Setelah tiket di tangan, langkah berikutnya adalah mengajukan visa ke Kedutaan Jepang. Sebelum mengajukan visa, pastikan dulu sudah punya paspor. Karena saya sudah punya paspor, dan sudah e-Paspor, saya cukup mengajukan Visa Waiver ke Kedutaan Jepang dan tidak perlu membayar biaya visa alias free visa. Untuk pengajuan Visa Waiver ini pun cukup mudah, kita cukup mengisi form sesuai dengan format di link ini. Lalu kita bawa form beserta e-Paspor ke Kedutaan Jepang dan keesokan harinya bisa diambil dan voila sudah ada sticker visa tertempel di halaman paspor. Visa ini bisa digunakan untuk kunjungan berkali-kali ke Jepang dengan maksimal stay 15 hari selama 3 tahun. Kebetulan waktu itu saya mengajukan visa di Kedubes Jepang di Thamrin, Jakpus selain di Thamrin, kita juga bisa mengajukan visa di JVAC di Lotte Shopping Avenue Kuningan. Sekarang kita sudah sah secara hukum bisa masuk ke Jepang. Untuk yang masih perlu info terkait pengajuan Visa Jepang bisa dibaca di link ini.
Contoh Visa Waiver | Gambar dari website Kedubes Jepang |
3. Membuat Rencana Perjalanan (Itinerary)
Nah, ini dia yang menurut saya hal paling seru selama persiapan sebelum berangkat kemarin. Saya beneren buta banget masalah Jepang. Akhirnya karena udah issued tiket dan urus visa, saya baca banyak hal tentang Jepang, browsing Google Maps buat tahu posisi-posisi tempat yang mau didatengin, dan nontonin video-video di Youtube biar ada gambaran di sana kaya apa. Jadi di bagian ini saya nentuin banyak hal sendirian, dan saya hanya punya waktu kurang lebih dua bulan sebelum berangkat untuk nentuin mau kemana, naik apa kesananya, makan apa di sana dan yang tak boleh lupa shalat di mana kalau udah di sana.
Karena saya datang ke Jepang pas musim dingin, otomatis saya juga browsing tentang persiapan apa saja yang diperlukan sebelum berangkat untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan mulai dari pakaian, peralatan dan obat-obatan. Pakaian, peralatan dan obat-obatan sangat penting, karena segala hal yang berkaitan dengan musim dingin ternyata ribet banget dan mahal. Jadi saya akan buat satu segmen khusus setelah ini.
Lalu saya mulai membuat gambaran mau kemana saja di Jepang dengan waktu seminggu. Setelah beberapa minggu saya mencoba mencari tahu tentang Jepang, ternyata seminggu itu gak cukup buat jelajahin Jepang, kalau bisa sebulan deh di sana wk. Selama membuat iterinary ini saya cukup terbantu dengan situs-situs di bawah ini:
- www.japan-guide.com
- matcha-jp.com
- www.havehalalwilltravel.com/blog/tag/japan
- www.hyperdia.com
- www.halalgourmet.jp
Setalah baca-baca, merenung, berimajinasi dan berkontemplasi, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat di Jepang yang garis besarnya dengan jadwal seperti ini:
- 19 Januari 2019 | Flight to Narita by Japan Airlines
- 20 Januari 2019 | Day 1 | Osaka ( Osaka Castle, Dotonbori)
- 21 Januari 2019 | Day 2 | Kyoto ( Kinkaku Ji, Kiyomizu dera, Gion, Aeon Mall Kyoto)
- 22 Januari 2019 | Day 3 | Kyoto - Shirakawago ( Fushimi Inari, Shirakawago)
- 23 Januari 2019 | Day 4 | Shirakawago - Explore Kanazawa
- 24 Januari 2019 | Day 5 | Explore Kanazawa - Tokyo
- 25 Januari 2019 | Day 6 | Explore Tokyo
- 26 Januari 2019 | Day 7 | Explore Tokyo - Flight to Jakarta by Japan Airlines
Oh ya, selain mutusin mau kemana, tak lupa juga bagaimana cara ke tempat-tempat di atas. Dan yang paling merumitkan adalah menentukan apakah akan menggunakan Japan Rail Wide Pass atau tidak, karena ternyata banyak pass-pass lain dengan harga lebih murah dan digunakan di daerah tertentu seperti Tokyo Wide Pass. Kalau bingung, bisa dibaca di situs-situs di atas dan bandingkan dengan gaya perjalanan dan mau kemana saja di Jepang untuk nentuin mau pake JR Wide Pass atau nggak. Akhirnya saya mutusin beli JR Wide Pass karena dengan rute saya di atas, saya bisa untung kurang lebih 10.000 Yen atau hampir Rp1.300.000. Saya juga beli JR Wide Pass di Tokopedia, harganya lebih murah jika dibandingkan dengan situs yang lain selain itu saya juga dapat cashback Rp200.000. Jadi saya dapetin JR Wide Pass cuman Rp3.300.000 dari harga normal yang dijual umum seharga Rp.3.700.000 - 3.800.000. JR Wide Pass ini lumayan bingungin, saran saya banyak-banyak baca deh. Hehe.
Untuk urusana makanan, karena saya muslim jadi makanan halal menjadi kewajiban mutlak bagi saya. Kalau di kota-kota besar seperti Osaka, Kyoto dan Tokyo sekarang udah bisa dengan mudah nemuin makanan halal mulai dari Ramen, Sushi, dan Yakiniku. Untuk referensi makanan halal ini bisa baca-baca di Halal Gourmet JP. Oh ya, karena makanan di Jepang itu mahal, untuk menghemat saya sarapan onigiri dan bawa indomie serta rendang dari Indonesia. FYI di Jepang ada nasi instant yang bisa dimasak pakai microwave jadi itu alasan saya kenapa bawa rendang wk.
Kalau urusan shalat di mana, ini yang sebenarnya agak susah sih. Selama di Jepang kemarin hampir selama seminggu di sana saya jamak shalat Dzuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Kita bisa shalat di tempat makanan halal, toko-toko seperti Laox dan atau masjid kalau di kota itu ada masjidnya. Kalau Subuh saya shalat di hostel, kecuali di Tokyo yang mana saya booking hostel yang deket masjid. Pernah sekali waktu di Shirakawago, karena Shirakawago ini desa, saya sampai harus shalat di ruang ganti popok bayi.
Untuk urusan menginap, karena saya solo traveling, otomatis hostel menjadi pilihan paling rasional, selama satu minggu di Jepang saya menginap di hostel yang ruangannya sharing dengan orang lain dan bentuk bed nya adalah bunk bed. Ternyata harga penginapan di Jepang memang mahal banget, untuk ukuran hostel saja saya mengeluarkan uang Rp300.000 s.d. Rp500.000 untuk semalam. Kalau ukuran hotel bisa sampai sejutaan. Kemarin saya booking hostel melalui booking.com, jadi saya bayar hostel waktu check in, kecuali di Tokyo saya booking lewat Traveloka.
Nah kalau mau hemat di akomodasi, biasanya temen-temen yang backpacker di Jepang tidak beli JR Wide Pass dan lebih memilih menggunakan willer bus, atau bus malam. Selain lebih murah, dengan naik bus malam kita bisa menghemat pengeluaran di penginapan. Namun pertimbangan saya kemarin karena harus pindah-pindah dan mobilitas tinggi saya tetep beli JR Wide Pass.
Selain itu, di Jepang kita bisa beli IC Card semisal Pasmo, Suica atau Icoca. Kemarin saya beli Pasmo dan saya isi 6000 Yen. Kartu ini semacam e-money kalau di Indonesia, bisa digunakan untuk naik bus, naik subway dan bayar belanjaan di convenience store seperti Seven Eleven. Daripada ribet musti ngeluarin koin kan, mending bayar pake IC Card, tinggal tap, beres. Secara umum IC Card ini beda-beda tiap daerah, kalau di Tokyo ada Suica dan Pasmo, kalau di Kyoto ada ICOCA, tapi sekarang semua nya udah bisa dipakai lintas daerah, jadi aman mau beli IC Card jenis apa aja. Namun masih ada beberapa daerah dimana IC Card gak bisa dipakai, contohnya di Kanazawa kemarin saya tidak bisa pake Pasmo.
4. Berburu Pakaian dan Peralatan Musim Dingin
Selain membuat itinerary, berburu pakaian musim dingin cukup menguras pemikiran dan uang saya wk. Setelah membaca banyak referensi akhirnya saya memutuskan membeli peralatan seperti di bawah ini supaya bisa survive di sana. Karena saya sendirian di sana, mobilitas tinggi, dan ada riwayat alergi dingin, saya do the best aja untuk pakaian ini karena saya gak mau kenapa-kenapa di sana.
- Longjohn
- Longjohn ini semacam base layer yang dipakai untuk menahan panas tubuh kita supaya gak keluar dan menahan udara dingin masuk ke dalam. Harganya lumayan mahal, saya cuman beli satu pasang dan selama di Jepang saya cuman pakai Longjohn tiga hari saja selama di Shirakawago, Kanazawa dan setengah hari di Tokyo. Selain itu saya gak pakai dan masih bisa bertahan. Saya beli longjohn Heattech Uniqlo Extra Warm, harganya lumayan mahal tapi worthed sih.
- Heattech
- Jadi, karena saya gak mau ribet, saya nyari-nyari pakaian musim dingin di Uniqlo, karena sudah bisa dipastikan kualitasnya. Salah satu produk Uniqlo yang khusus winter yaitu Heattech. Selain Longjohn, saya juga beli T-Shirt lengan panjang heattech, dan celana jeans heattech. Celana jeans heattech ini mahal kalau di Indonesia, kebetulan kemarin waktu jalan-jalan di Malaysia lihat-lihat eh murah dan tinggal setengah harga. Selain heattech saya juga beli celana training yang blocktech dan celana cargo warm lined. Blocktech ini semacam celana training berbulu-bulu dan warm lined ini celana cargo yang waterproof, windproof, dan warm keeper.
- Down Jacket
- Jaket bulu angsa ini juga gak kalah penting sih, karena selama seminggu di sana kalau keluar ruangan, saya pasti pakai terus. Untuk jaket bulu angsa cari yang water resist, snow resist dan windproof. Karena yang bikin dingin itu sebenarnya kalau ada angin wk. Saya juga membeli produk dari Uniqlo untuk jaket ini, dan mantap jaya hasilnya.
- Sepatu dan Kaos Kaki
- Untuk urusan sepatu ini bener-bener saya dibuat pusing, karena banyak yang nyaranin pake sepatu boots waterproof, tapi sepatu boots waterproof itu mahal banget wk. Alhasil saya pakai merk lokal, Nokha namanya, bisa lihat-lihat di link ini. Alhamdulillah aman sih meski masih tembus airnya dikit dan kalau kena angin masih tembus dan kadang bikin beku, tapi selamet yang penting. Untuk kaos kaki, pakai kaos kaki yang bahannya dari wol supaya hangat.
- Sarung Tangan
- Sarung tangan ini penting sih menurut saya, karena memang kalau tangan kedinginan rasanya beku dan sakit sekali kalau kebentur atau kegesek sesuatu yang keras. Waktu kemarin ke Jepang saya sebenarnya sudah beli sarung tangan heattech dari Uniqlo, tapi malah ketinggalan, alhasil seharian saya gak pakai sarung tangan dan beneran kedinginan.
- Pelembab
- Musim dingin di Jepang itu kering, udah itu fakta wk. Jadi harus pakai pelembap supaya kulit gak bengkak dan memerah. Selama di Jepang saya pakai pelembab dari Vaseline Petrolum Jelly sama Lip Balm Mentholatum.
- Earmuff, Neck Warmer/Syal, Beannie
- Ini opsional sih, selama di Jepang kemarin, dan sempat beberapa kali suhu minus saya jarang pakai earmuff. Karena konon katanya saya baca-baca kalau dingin banget bisa bikin telinga sakit. Untuk neck warmer bisa pakai syal, tapi saya cuman sehari pakai neck warmer, habis itu saya ga pakai sama sekali. Beannie itu kupluk supaya kepala tetep hangat, tapi saya juga ga pakai, so ini opsional, tapi mesti disiapin buat jaga-jaga.
- Layering
- Kalau musim dingin itu yang penting layering, pakai pakaian berlapis-lapis. Selama di Jepang kemarin saya pakai 3 sampai 4 lapis pakaian. Kalau saya kemarin pake sistem layering seperti ini: Lapisan pertama jelas pakaian dalam, kemudian lapis kedua pakai kaos dalam sama celana pendek. Lapis ketiga pakai flanel, sweater atau kaos heattech untuk atasan dan celana jeans heattech/cargo warm lined. Lalu pakai jaket bulu angsa/coat. Untuk longjohn saya pakai setelah kaos dalam dan celana pendek, karena harganya mahal jadi biar bisa dipake berkali-kali. Dengan suhu 4-10°C saya masih tahan ga pakai longjohn, tapi untuk suhu 0°C sampai minus saya pakai longjohn.
Jadi, itu dia persiapan saya untuk solo traveling ke Jepang di musim dingin atau winter. Memang biaya yang dikeluarin ternyata banyak sih, tapi experience selama di Jepang memang tidak ada duanya, terlebih saya sendirian. Rasanya pengen balik lagi ke sana, tapi semoga gak sendirian lagi sih. So, sekarang kita sudah siap berangkat ke Jepang!
mantap
ReplyDeletemantap sampeyan mas.. aku sik newbie wk
DeleteLuarbiasaaa :o
ReplyDeleteLuar biasa..Eventually you went there. I am glad to know it..Good luck and success for yoy, dude
ReplyDeletewah ada pak Eko,
Deletethanks banget pak Eko sudah mengenalkan Jepang waktu SMA dulu, meski baru tercapai beberapa tahun kemudian dan dalam bentuk jalan-jalan, wkwk
hopefully, nanti bisa post graduate di luar negeri, mohon doanya nggih Pak,